Kota Bima –UN Women, Wahid Foundation dan La Rimpu menggelar diskusi terpumpun di Hotel Marina Inn, Kota Bima, NTB, Kamis, 11 Juli 2024. Diskusi yang mengambil tema “Perempuan Berdaya untuk Perdamaian Berkelanjutan di Kota dan Kabupaten Bima” tersebut, menghadirkan Libasut Taqwa, Program Officer Riset dan Advokasi Wahid Foundation, Prof. Dr. H. Abdul Wahid, Pembina La Rimpu, Prof. Dr. Hj. Atun Wardatun, Direktur La Rimpu, serta perwakilan Pemerintah Kota Bima dan Pemerintah Kabupaten Bima.
Dihadapan puluhan peserta yang berasal dari delegasi instansi, NGO dan kelompok masyarakat, Libasut Taqwa memaparkan program-program Wahid Foundation dan alasan mengapa Wahid Foundation menjalankan programnya di Bima. “Memang lebih banyak program Wahid Foundation itu di Pulau Jawa. Untuk wilayah Indonesia timur sendiri baru Poso dan Bima”, ungkapnya.
Mengapa memilih Bima?, karena ternyata Bima memiliki kompleksitas konflik dan permasalahan, baik permasalahan kebencanaan maupun permasalahan sosial, permasalahan sumberdaya dan lain sebagainya.
“Oleh karena itu kami hadirkan para pihak termasuk pemangku kebijakan untuk duduk bersama mendiskusikan permasalahan yang ada disekitar kita sembari mencari solusi penyelesaian dari permasalahan – permasalahan tersebut”, lanjut Libas.
Prof. Abdul Wahid dalam penyampaiannya lebih menekankan optimalisasi peran perempuan sebagai penggerak perdamaian dalam berbagai konflik sosial yang terjadi di Bima. Perempuan diharapkan bisa menjadi peace maker mulai dari lingkungan terkecil seperti keluarga dan lingkungan masyarakat.
“Peran perempuan dalam perdamaian bisa dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai dan kasih sayang dalam lingkungan keluarga. Itu terbukti efektif dalam meredam potensi konflik sosial dan kekerasan yang mungkin terjadi”, papar Abdul Wahid.
Sementara Prof. Atun dalam penyampaianya menitik beratkan pentingnya peran perempuan dalam masalah kebencanaan. Baik pada saat terjadinya bencana maupun saat tanggap bencana. Selain itu Prof. Atun juga menyoroti kesalahan presepsi yang kerap terjadi saat program-program NGO masuk kesuatu daerah. Ketika ada program masuk, terkadang masyarakat dan pemerintah daerah menyangka akan ada bantuan fisik yang akan diberikan oleh lembaga seperti Wahid Foundation. Padahal, kehadiran lembaga seperti Wahid Foundation ini untuk berbagi peran dengan pemerintah daerah dalam menyelesaikan sejumlah permasalahan yang ada di daerah melalui pendampingan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam membangun daerah.
“Pemerintah daerah yang menyiapkan sarana dan prasarananya, NGO yang menyiapkan sumber daya manusianya” jelas Atun.
(San)